Wawancara Darurat Sampah Kota Bandung Bersama Irfan Kamil

     

Pewawancara [P]: Selamat pagi, Bapak Irfan Kamil. Terima kasih sudah bersedia hadir untuk membahas mengenai situasi darurat sampah di Bandung. Apa tanggapan Bapak mengenai kebakaran di TPA Sarimukti yang berlangsung hingga lebih dari seminggu?

Irfan Kamil Profile Picture Irfan Kamil [K]: Selamat pagi. Saya sangat prihatin dengan kejadian ini. Kebakaran di TPA Sarimukti memang telah membawa dampak yang cukup besar bagi masyarakat, khususnya yang tinggal di sekitarnya. Ini adalah bencana yang harus segera ditangani.

P: Banyak warga yang mengeluhkan dampak asap dari kebakaran ini, bahkan ratusan warga menderita ISPA dan iritasi mata. Apa langkah konkret yang sedang ditempuh pemerintah dalam menangani hal ini?

K: Saya melihat pemerintah telah memerintahkan peningkatan operasi pemadaman dengan melibatkan helikopter water bombing dari BNPB. Selain itu, pemerintah juga telah mendirikan posko kesehatan di TPA Sarimukti untuk membantu warga yang terkena dampak asap.

P: Dengan ditutupnya TPA Sarimukti, tampaknya ada masalah baru dengan sampah yang menumpuk di beberapa titik di Bandung. Bagaimana solusi jangka pendek yang ditawarkan pemerintah daerah?

K: Ini memang menjadi tantangan baru bagi pemerintah. Sementara ini, pemerintah menghimbau masyarakat untuk mengurangi produksi sampah dan memilahnya dengan baik. pemerintah juga sedang mencari lahan alternatif sebagai solusi sementara pengelolaan sampah selama TPA Sarimukti belum kembali beroperasi.

P: Apa rencana jangka panjang pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah, mengingat permasalahan serupa mungkin saja terjadi lagi di masa depan?

K: Kita memang harus belajar dari kejadian ini. Rencana jangka panjang pemerintah adalah mengoptimalisasi program daur ulang dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya mengurangi penggunaan plastik. Pemerintah juga berencana untuk meningkatkan infrastruktur pengelolaan sampah agar lebih aman dan efisien.

P: Menyambung pembicaraan kita, Kang Kamil, apa sajakah kontribusi yang bisa dilakukan oleh masyarakat sendiri dalam mengatasi masalah ini? Bagaimana masyarakat dapat berperan aktif?

K: Sangat baik pertanyaannya. Masyarakat memegang peran krusial dalam mengatasi permasalahan ini. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh masyarakat:

P: Apakah pemerintah daerah memiliki program kerjasama dengan masyarakat, seperti program komunitas atau inisiatif yang dapat mendukung usaha masyarakat dalam hal pengelolaan sampah?

K: Ya, tentu saja. Pemda memiliki beberapa program kerjasama dengan komunitas lokal. Salah satunya adalah program bank sampah yang mengajak masyarakat untuk mengumpulkan sampah yang bisa didaur ulang dan menukarkannya dengan insentif. Selain itu, pemda juga bekerja sama dengan beberapa NGO dan organisasi masyarakat sipil dalam program edukasi dan advokasi pengelolaan sampah yang berkelanjutan.

P: Kang Kamil, menggeser pembicaraan kita sedikit, masa jabatan Gubernur Jawa Barat akan berakhir dalam enam hari lagi dan rencananya akan digantikan oleh Pelaksana Tugas. Di sisi lain, jabatan Walikota Bandung juga sedang kosong dan diisi oleh Penjabat. Bagaimana menurut Bapak, apakah kondisi ini bisa mempengaruhi penanganan masalah sampah di Bandung?

K: Tentu, transisi kepemimpinan selalu membawa dinamika tersendiri dalam pemerintahan. Namun, saya percaya bahwa struktur birokrasi yang ada telah dirancang untuk tetap berjalan meskipun ada perubahan pemimpin. Terkait masalah sampah di Bandung, pemkot, pemkab, dan pemprov dalam konteks cekungan bandung telah membuat blueprint atau rencana aksi yang bisa dijalankan oleh pemimpin berikutnya.

P: Mengingat pentingnya isu ini, bagaimana pemerintah daerah memastikan kontinuitas dalam penanganan masalah sampah, terutama di saat terjadi transisi kepemimpinan?

K: Sebelum masa jabatan berakhir, pemprov jabar telah menyusun serangkaian rekomendasi dan tindak lanjut yang harus dilakukan. Dokumen ini akan diserahkan kepada tim transisi dan Pelaksana Tugas yang akan datang. Pemprov Jabar juga telah melakukan serangkaian rapat koordinasi dengan berbagai stakeholder, termasuk Penjabat Walikota Bandung, untuk memastikan bahwa semua pihak memiliki pemahaman yang sama mengenai urgensi dan prioritas penanganan masalah sampah.

P: Ada kekhawatiran dari beberapa pihak bahwa dengan adanya perubahan pemimpin, fokus penanganan masalah sampah bisa berkurang atau bahkan terabaikan. Apa tanggapan Bapak terhadap hal ini?

K: Saya memahami kekhawatiran tersebut. Namun, saya optimis bahwa masalah sampah ini telah mendapatkan perhatian yang cukup besar dari masyarakat dan media, sehingga saya percaya pemimpin berikutnya akan memberikan perhatian khusus pada isu ini. Selain itu, momentum yang telah dibangun selama ini tidak boleh hilang begitu saja.

P: Menyusul apa yang telah kita bicarakan, Kang Kamil, ada hal lain yang ingin saya soroti. Terlihat seolah ada sebagian masyarakat yang tampaknya belum memiliki sense of urgency atau kesadaran akan betapa seriusnya masalah ini. Banyak yang merasa bahwa semua baik-baik saja. Apa pendapat Bapak mengenai hal ini?

K: Anda benar. Saya juga merasa prihatin melihat ada sebagian masyarakat yang belum menyadari betapa serius dan mendalam dampak dari masalah sampah ini. Mungkin karena mereka belum merasakan dampak langsung atau merasa bahwa bencana ini adalah masalah yang jauh dari kehidupan sehari-hari mereka. Namun, kenyataannya, bencana sampah ini bisa berdampak pada semua aspek kehidupan kita, mulai dari kualitas udara, kesehatan, hingga ekonomi.

P: Bagaimana cara meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai hal ini, Bapak?

K: Edukasi adalah kunci utama. Harus ada upaya yang lebih intensif dalam memberikan sosialisasi kepada masyarakat. Selain itu, kolaborasi antara pemerintah, komunitas, dan media juga penting untuk menciptakan kampanye kesadaran yang efektif. Program sekolah atau komunitas bisa dilibatkan untuk mengedukasi anak-anak dan generasi muda tentang pentingnya pengelolaan sampah.

P: Apakah pemerintah daerah memiliki rencana atau inisiatif khusus untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai urgensi masalah sampah ini?

K: Ya, tentu. Salah satu yang sudah dilakukan adalah bekerja sama dengan institusi pendidikan untuk memasukkan materi pengelolaan sampah ke dalam kurikulum sekolah. Dari pemerintah dan penggiat masyarakat juga berencana mengadakan seminar dan workshop di berbagai level masyarakat, serta menggandeng influencer dan tokoh masyarakat untuk membantu menyebarkan informasi ini.

P: Bapak Irfan Kamil, melanjutkan pembicaraan kita, saya ingin menanyakan lebih lanjut mengenai langkah pemerintah. Apakah pemerintah memiliki insentif, disentif, atau hukuman yang spesifik dalam menangani masalah bencana sampah ini?

K: Tentu. Pemerintah sangat serius dalam menangani isu ini, dan saya memahami bahwa pendekatan harus dilakukan dari berbagai sisi.

P: Bisa Bapak jelaskan mengenai insentif yang diberikan oleh pemerintah?

K: Insentif diberikan terutama kepada masyarakat atau komunitas yang aktif berpartisipasi dalam pengelolaan sampah, seperti melakukan pemilahan sampah di sumber, pengurangan penggunaan plastik sekali pakai, dan kegiatan-kegiatan ramah lingkungan lainnya. Insentif tersebut bisa berupa subsidi atau bantuan fasilitas, pelatihan, hingga penghargaan bagi RT atau RW yang berhasil mencapai target pengelolaan sampah tertentu.

P: Bagaimana dengan disentif atau hukuman bagi mereka yang melanggar?

K: Disentif dan hukuman tentu diberlakukan untuk menekan perilaku yang dapat memperparah bencana sampah. Sebagai contoh, bagi individu atau perusahaan yang kedapatan membuang sampah sembarangan atau tidak mengelola sampah industri mereka dengan baik, akan dikenakan sanksi berupa denda. Untuk pelanggaran yang berulang atau berskala besar, pemerintah pun seharusnya memiliki kewenangan untuk memberikan sanksi berupa pencabutan izin operasional.

P: Bagaimana dengan edukasi hukum bagi masyarakat? Mengingat banyak masyarakat mungkin belum memahami apa yang dianggap sebagai pelanggaran dalam konteks pengelolaan sampah.

K: Anda tepat sekali. Pendidikan hukum menjadi salah satu kunci dalam menegakkan aturan. Pemerintah daerah bekerja sama dengan berbagai komunitas dan organisasi masyarakat sipil untuk menyelenggarakan sosialisasi dan edukasi mengenai hukum dan regulasi terkait pengelolaan sampah. Pemerintah seharusnya memastikan bahwa masyarakat memahami apa yang diharapkan dari mereka dan apa konsekuensi jika melanggar.

P: Terakhir, ada pesan khusus apa yang Bapak ingin sampaikan kepada masyarakat mengenai masalah ini?

K: Saya ingin masyarakat memahami bahwa setiap tindakan kita, porosnya berada pada masa depan kita bersama. Jangan menunggu bencana datang untuk baru mulai bertindak. Kesadaran dan tindakan preventif dari sekarang adalah kunci untuk mencegah bencana yang lebih besar di masa depan. Mari kita jaga kota kita, Bandung, agar tetap indah dan nyaman untuk generasi mendatang.